Catatan perjalanan Umroh 4 : Malaysia – Madinah. Rasa lelah tak terasa karena terganti oleh rasa bahagia yang menyelimuti jiwa ketika menyadari bahwa kami sedang menunggu penerbangan ke Tanah Suci. Untuk saya pribadi yang saat itu adalah  pertama kali, seolah hal itu adalah sebuah keajaiban.

Pukul 05.00 wib tepat saat pesawat AirAsia lepas landas dari Bandara International Terminal 3 Soekarno Hatta. Ketika jarak belum begitu jauh terbentang, kuabadikan Jakarta yang terlihat seperti bintang-bintang dari balik jendela.

Kemudian ketika pesawat telah aman terbang di angkasa, dengan lirih kuikrarkan takbir dari bangku pesawat, menunaikan shalat shubuh. Tak berapa lama kemudian Pramugari dan Pramugara pesawat mendorong kereta, membagikan minuman dan makanan sesuai dengan pesanan yang telah tertera di tiket. Oleh pihak travel, kami serombongan dipesankan nasi padang untuk sarapan.

Baca Juga :

  1. Mudik Idul Fitri 2021, Apa Saja yang harus dipersiapkan?
  2. Voucher Rapid Tes Lionair, Begini Cara Memesannya
  3. Syarat Naik Pesawat Saat Pandemi, Jangan Terlewat

Catatan Perjalanan Umroh Dimulai

Tentu saja kelezatannya berbeda dengan Nasi Padang yang berada di daratan. Namun, kami tak akan membuang percuma, terlebih perut kami memang sudah saatnya diisi mengingat  makan terakhir kami jam 20.00 wib semalam.

Air Asia Mendarat di KLIA1
Mendarat di KLIA1

Kutatap jendela. Sinar matahari yang berwarna jingga menyembul dari balik awan. Satu dua bintang masih menghiasi langit. Indah….sungguh indah ciptaan-Nya. Sepanjang perjalanan hanya kutatap awan yang terlihat keemasan, hingga satu jam kemudian petugas memberiathukan jika pesawat akan mendarat di Bandara KLIA 1. Kabut sedikit membungkus pepohonan di sekitar Bandara, ketika pesawat telah berhasil mendarat di sana.

Mataku mengedar sekitar kawasan Bandara saat pesawat masih berjalan menuju Apron. Yang terlihat hanyalah kebun luas yang ditumbuhi pohon kelapa sawit. Rasanya sunyi, sepi jauh dari keramaian. Ketika menjejakkan kaki melewati garbaraga dan masuk ke terminal KLIA 1 kesan pertama yang saya dapatkan adalah bahwa terminal ini adalah bangunan tua, meski begitu bangunannya terlihat sangat kokoh dan tentunya sangat bersih.

Kemudian kami berjalan panjang, beberapa kali naik tutun tangga yang sangat tinggi untuk menuju imigrasi dan kemudian mengambil bagasi. Sangat melelahkan, namun karena kebahagiaan dan euphoria di hati masih terasa, maka kelelahan itu sama sekali tidak terasa. Saat perjalanan lebih baik memakai sepatu jogging ketika suatu hari nanti Anda  transit di KLIA 1 menuju Negara lainnya. Perlu  waktu sekitar dua jam lebih hingga akhirnya kita selesai melewati Imigrasi dan mengambil bagasi untuk melanjutkan penerbangan di Bandara KLIA2.

Saat perjalanan umroh di KLIA 2
Bersama Ibu di KLIA2

Waktu hampir jam 11.00 siang waktu Kualalumpur saat kami menenteng bagasi dan memasukannya ke dalam bus transit yang akan membawa kami ke Bandara KLIA2. Pihak travel membawa kami untuk makan siang terlebih dahulu sebelum pindah ke sana.

Kenangan di Bandara KLIA 2

Beberapa saat kemudian Bus merah melaju menuju Bandara KLIA2, sepanjang jalan hanya pohon sawit yang terlihat. Perlu waktu sekitar 20 menit ke sana. Sayang sekali, saya tidak bisa mendokumentasikan sendiri dengan ponsel saya semua kegiatan di Kuala Lumpur, karena baterai gawai saya waktu itu sedang habis dan tidak sempat untuk menchargenya.

Catatan perjalanan Umroh dari Malaysia ke Madinah bersama ibu
Bersama Ibu di KLIA2

Bangunan KLIA2 lebih modern jika membandingkannya dengan bangunan Bandara KLIA 1, lebih mirip dengan bangunan Terminal 3 International Bandar Soeta. Bahkan untuk menuju gate-gate tertentu kita menaiki Aerotrain. Menunggu Gate Saudi Arabian, masing-masing kami mempersiapkan wudlu, agar setelah gate petugas buka kami bisa menjalankan shalat Dhuhur dan Ashar yang di jamak.

Catatan perjalanan umroh saat di Malaysia
Gate Aerotrain

Sekitar pukul 14.00 waktu Kuala Lumpur, gate di buka dan kami segera masuk dan menunaikan shalat di ruang tunggu. Ada sesuatu yang merayap, entah, suatu rasa yang sulit untuk saya lukiskan. Setelah berdzikir dan mendengarkan kultum dari ustadz pembimbing, satu persatu penumpang sesuai dengan Zona tempat duduk. Kebanyakan rombongan saya mendapat Zona C. Kutatap pesawat Saudi Arabian yang berjajar rapi di Apron, rasanya menakjubkan.

Pukul 15.00 wib Pesawat Saudi Arabian siap lepas landas. Saya kebetulan mendapatkan tempat duduk di tepi dekat jendela. Posisi duduk yang selalu saya suka ketika sedang mengudara. Sayap Saudi Arabian yang begitu kokoh dan lebar, mengepak membawa kami menuju Kota Suci Madinah. Catatan perjalanan umroh ini akan saya catat lagi pada tulisan berikutnya.

Perjalanan yang tak akan pernah saya lupa. (bersambung)