I Love You with All My Heart : Bukan Merayakan Valentine. Tulisan ini bukan dalam rangka ikut merayakan valentine. Saya sendiri baru sadar jika kebanyakan orang hari ini memperingatinya. Saya sih hanya melihat iklan-iklan di televisi yang bertebaran dengan coklat dan valentine, dan benar-benar menyadarinya saat saya melihat kalender yang tertengger di dinding.
Jika kita baca, judul tulisan ini terkesan romantis dan bikin termehek-mehek. Akan tetapi inspirasi dari judul tulisan ini berasal dari sebuah kesedihan. Bagaimana tidak merasa sedih jika kita ditinggalkan oleh orang yang kita cintai untuk selama-lamanya. Bahkan menit-menit di akhir hayatnya masih menggoreskan apa yang dia rasa, “I love you with all my heart.”
Itulah kalimat yang Mbak Syva tulis buat kepada suaminya. Dalam blognya, Mas Ghifary-suami (alm) Mbak Syva- bercerita jika hari-hari terakhir sebelum Allah mengambil Mbak Syva selamanya, dia meminta 4 buku yang akan Dia tulis untuk dirinya sendiri, suami dan 2 putrinya.
Baca Juga :
- Suami Tidak Bekerja Apa yang Harus Istri Lakukan?
- Manfaat Menyusui Bayi untuk Ibu dan Anak
- Apa Isi Kepala Ibu Sehari-Hari yang Harus Kamu Tahu?
Surat Cinta untuk Suami
Dari 4 buku tersebut ternyata hanya 1 buku yang mampu mbak Syva isi. Ada 5 tulisan di dalamnya, berisi tentang keadaanya setelah operasi, juga semangatnya untuk sembuh dan terakhir adalah surat cinta utuk suaminya.
“The amazing man I proudly call as my husband
-Tulisan Alm Mbak Syva untuk suaminya-
I’m Sorry. I am thank you. I love you
There’s not a day went by without me grateful to have you in my life
You are just good to be true
I wish I can take my eyes off of you
But my eyes are not so cooperative at this moment
You are too good for me
You are not deserve my “now”me
I’m broken, not who I used to be
I’m sick, but I believe i’ll be fix
Insya Allah
I’ll fight for you
I’ll be healthy for you
I love you with all my heart”
Rangkaian kata di atas terasa sangat manis, namun sekaligus menyayat hati. Bagaimana tidak, jika tulisan tersebut adalah ungkapan hati seorang istri terakhir kalinya untuk suaminya.
I Love You, Menulislah Maka Kamu akan Abadi
Ungkapan cinta untuk terakhir kalinya yang Mbak Syva sampaikan buat suaminya yang tercinta dalam tulisan merupakan bukti bahwa apa yang kita tulis akan abadi. Saya yakin , suami mbak Syva akan menyimpan buku tersebut. Dia akan membukanya setiap waktu, hingga mungkin dia sendiri tak mampu untuk menggerakkan jari-jarinya.
Kata orang, penulis adalah sosok yang bisa menjadi siapa saja. Dia bisa menjadi orang yang romantis dengan pilihan – pilihan katanya. Dia bisa menjadi seorang yang kejam dengan jenis cerita yang dia pilih. Namun, kebanyakan penulis adalah pengungkap sejati apa yang mereka rasanya. Merekalah orang-orang yang jujur menyuarakan hati meski disampaikan dengan pilihan kata yang terasa sangat melambung.
Maka Menulislah kamu! kamu bisa menulis di blog, website ataupun media sosial yang dimilili, agar tulisanmu bisa dibaca oleh banyak orang. Kamu juga bisa menerbitkan buku, agar tulisanmu bisa lebih mudah untuk dibaca ulang.
Menulislah! Maka kelak tulisanmu akan menjadi kenangan terindah bagi orang-orang yang mencintaimu. Ketika tulisanmu bisa sebagai penyemangat bagi orang-orang yang mungkin sedang mengalami hal sama apa yang kamu rasakan. Dan tulisanmu bisa menjadi satu kebahagiaan bagi seseorang.
Ketika Tulisanmu Inspirasi Banyak Orang
Seperti saya yang menyukai tulisan-tulisan di blog keluarga Ghifary – ini mungkin terlihat jahat, terlepas kepergian Mbak Syva-, tetapi alangkah begitu romantisnya sebuah jalinan cinta suami dan istri yang saling mereka ungkapkan dengan sebuah tulisan.
Memang tulisan memiliki kekuatan sendiri. Suami istri yang suka menulis dan membaca, lalu membaginya dengan dunia luar meski lewat tulisan sederhana di blog, tentu momentum yang dihasilkannya lebih besar. Ada efek dahsyat berupa energi positif yang mampu menggerakan hati banyak orang untuk lebih baik lagi memperlakukan pasangannya. Terlebih sebelum satu di antara mereka merasa menyesal, ketika harus menerima kenyataan telah ditinggal pergi selama-lamanya, tetapi merasa belum berbuat yang terbaik untuk pasangannya.
*tulisan ini terisnpirasi dari tulisan di blog keluarga ghifary.