Jasmine Elektrik dan Ibu Tangguh dengan Pesan-Pesannya. Setiap kata ibu terngiang di telinga, memori otakku akan merespon dengan cepat lalu hadirlah bayang sosok tua dengan tubuh kecil, keriput telah menguasai setiap garis wajahnya. Rambutnya yang tipis sudah memutih, namun senyum kebahagiaan selalu menghiasi bibirnya saat kami bertemu  atau di saat video call an via whatsapp, seolah pundaknya ringan tanpa beban.

Mengingat sosoknya selalu menguarkan kerinduan, kerinduan untuk bercengkerama. 20 tahun lebih jarak terbentang karena aku tinggal di perantauan. Rindu dan rasa bersalah karena lebih sering menghabiskan waktu dengan kesibukan untuk diri sendiri sering menggelayut di hati. Meski saat ini jarak dapat kita lipat dengan tekhnologi canggih, namun semuanya tetap akan beda ketika aku berada di sampingnya, mendengarkan mimpi-mimpi dan segala keluh kesahnya.

Lagu-lagu dengan tema ibu, sesekali kuputar untuk menghapus kerinduanku kepadanya. Seperti lagu dari Jasmine Elektrik yang berjudul Ibu, lagu ini mengingatkan akan cinta ibu yang tak pernah lekang oleh waktu.

Diiringi doa nasehat bijakmu ibu, kuarungi hidup berbekal ilmu darimu. Kasih sayangmu ibu tak terbantahkan waktu

Jasmine Elektrik dan Ibu

Aku sering mendengarkan lagu bertema ibu seperti Bunda, Mother How Are You Today atau Ibu yang disenandungkan Rafly, selalu membuat sudut mataku basah, kali ini lagu milik Jasmine Elektrik  yang berjudul Ibu kembali membuat haru dan mengingatkanku pada sosoknya yang sudah menua dengan rambut putih tipis dan kulit yang mengeriput menghias wajahnya.

Jasmine Elektrik, grup band indie dari Yogyakarta baru saja merilis lagu berjudul Ibu. Tentang Jasmine Elektrik sendiri sebenarnya bukan grup band baru. Nama Jasmine Elektrik adalah wajah baru dari Jasmine Akuistik, setelah 15 tahun berkarya mereka menggantinya dengan nama Jasmine Elektrik. Selain mengubah nama menjadi Jasmine Elektrik mereka juga mengubah warna musiknya  menjadi lebih baru, menyuguhkan musik yang lebih fresh, dengan instrument musik yang up to date, namun dengan melodi yang bisa diterima semua kalangan pencinta musik serta lirik yang tetap mengandung makna yang sangat dalam.

Satu bukti adalah lagu berjudul Ibu. Dengarkan lantunan vocal Dika, dengan iringgan gitar dan Pram sebagai pemetiknya, Wasis penabuh drumnya, Joko di bass dan Moko di keyboard. Akan kalian dengar sebuah komposisi lagu yang merdu namun maknanya  sangat menyentuh hati juga mampu membangkitkan kembali kerinduanku pada sosok wanita yang telah mengandung, melahirkan dan merawat sepenuh cinta.

 Tentang Ibu, Sosok Tangguh Sekaligus Ayah Bagiku

Beban hidup itu memang semakin menggunung pada pundaknya ketika ayah tiada. Sejak saat itu, aku tak pernah melihatnya berdiam diri. Ibu akan menghabiskan lebih banyak  waktu untuk membuat penganan hingga larut dini hari. Mungkin hanya satu hingga dua jam dia sisakan waktu untuk terlelap. Pagi hari dia harus pergi ke pasar menjual penganan yang belliau buat semalamam.

Memang apa yang bisa kita harapkan dari ibu yang SD saja tidak tamat, tinggal di kaki gunung Merapi, selain mengerjakan apa yang bisa dia kerjakan demi menafkahi anak-anaknya? Meski ayah ketika masih hidup adalah  seorang Guru SD Negeri, namun nilai uang pensiunan yang kecil tetap tak mampu menutupi kebutuhan 6 orang anaknya. Apalagi belum ada satupun dari kami yang tamat SMA, bahkan si bungsu baru berusia 6 bulan waktu itu.

Perjuanagn Ibu

Penghasilan dari menjual penganan ternyata tidak mampu menutupi kebutuhan kami. Ibu kemudian berdagang keliling dari desa ke desa tetangga, menjual berbagai bahan makanan mentah. Ibu berjalan kaki dengan menggendong  barang dagangan dipunggungnya. Kulakan (membeli barang dalam jumlah banyak untuk ibu jual lagi) di pasar kemudian melewati desa-desa sambil menjajakan dagangan.

Terkadang ketika musim hujan tiba, aku begitu risau menunggunya pulang. Menatap jalanan dari jendela, membayangkan tubuh kecilnya dengan beban penuh di punggung, basah kuyup dan iringan petir yang bersahut-sahutan. Ibu terkadang harus melewati Kali Opak yang dikala hujan airnya begitu deras. Pernah suatu hari ibu bercerita jika hampir terseret derasnya Kali Opak. Hatiku berdesir dengan airmata yang tertahan  di pelupuk. Rasanya takut sekali jika harus kehilangan dia saat itu.

Dalam sesi istirahat setelah membersihkan diri dan menunaikan kewajiban kepada-Nya, ibu akan duduk di amben (balai-balai dari bambu yang dia gunakan sebagai tempat tidur atau tempat dudukkemudian menceritakan hal-hal yang terjadi pada hari itu. Aku akan duduk menemani, mendengarkannya bercerita. Di antaran untaian ceritanya terselip nasehat-nasehat  dan pesan-pesan sederhana.

Bahkan hingga kini, ketika statusku telah berubah menjadi istri selama 15 tahun, doa-doanya masih terselip untukku, kekhawatiranya masih besar terhadapku dan juga ke 5 anak lainnya. Kusadari bahwa kasih sayangnya memang tak bersyarat, mengalir terus sepanjang waktu, meski aku masih sering mengecewakanya. Ibu, kasih sayangmu memang tak terbantahkan oleh waktu.

Pesan-Pesan Ibu yang Masih Kujalankan Hingga Saat Ini

Ibu adalah sosok sederhana dengan cita-cita tinggi meski bukan dari golongan terpelajar. Ibu bahkan merasa jika dia adalah sosok wanita bodoh karena tidak pandai mengaji, tidak bisa mendidik kami dengan baik. Meski begitu aku merasa beruntung dilahirkan dari rahimnya. Perjalanan hidupnya yang tak mudah terkadang menjadi oase tersendiri bagi jiwaku yang lelah.

Nasehat-nasehat kebaikan terus mengalir dari bibirnya, berharap di masa depan kehidupan kami jauh lebih baik daripada hidupnya dulu saat kami belum dewasa. Begitulah mungkin cara dia mendidik kami. Dengan segala keterbatasan ilmu pengetahuannya, ibu yang tidak pandai mengaji, tidak pandai dalam urusan pendidikan sekolah tetapi seperti kebanyakan ibu-ibu lainnya, dia memiliki harapan yang sangat besar kepadaku dan juga kelima anak-anak lainnya. Ada banyak pesan dan nasehat yang dia tuturkan baik itu dari pengalaman hidupnya ataupun dari ilmu yang didapat atas kepercayaan adat yang turun temurun sebagai orang jawa.

Berikut  3 pesan dari beliau yang masih konsisten aku lakukan hingga sekarang:

#1 Menyempatkan Diri Mengikuti Kegiatan di Lingkungan Rumah, Agar Terjalin Silaturahim yang Baik dengan Tetangga

Sewaktu ibu berkunjung ke Batam beberapa tahun yang lalu, ibu selalu menyempatkan diri berjalan-jalan di sekitar komplek perumahan di waktu pagi atau sore. Menyapa  tetanggaku saat bersua,meski belum kenal, berbicara sekedarnya.

Lalu ketika malam di saat kami ngobrol berdua ibu berkata “Kau tinggal di perantauan, tetangga adalah saudara terdekatmu. Merekalah yang akan kau mintai pertolongan ketika membutuhkan. Maka, kaupun harus membaur dengan mereka. Usahakan untuk selalu mengikuti setiap kegiatan yang diadakan di lingkunganmu. Agar hubungan silaturahim dengan tetanggamu terjalin dengan baik.”

Dan aku bersama suami bahu membahu melaksanakan nasehatnya hingga kini. Mengikuti setiap kegiatan yang didakan di lingkungan tempat tinggal. Menjalin hubungan yang baik dengan tetangga, karena pada dasarnya memang kami butuh mereka.

#2 Mengirim Doa untuk Bapak

Pada kenyataanya pesannya adalah agar aku selalu rutin mendoakan almarhum bapak setiap hari. Tetapi seandainya aku tidak sempat untuk mengerjakannya setiap hari, paling tidak sempatkan di hari Jumat untuk melakukannya.

Bahwa inti dari pesan ibu sesungguhnya adalah istiqomah, istiqomah dalam kebaikan. Seperti dia memberikan pesan kepada kami untuk istiqomah mendoakan almarhum bapak setiap hari, namun jika tidak mampu cukup sekali dalam seminggu.

#3 Menjadi Perempuan yang Rajin dan Pandai Membawa diri, Agar Disayang Mertua

Ini nasehat yang paling lama, “Jadilah perempuan yang rajin dan pandai membawa diri. Jangan pernah bangun terlambat, apalagi matahari sudah meninggi. Kalau kau benar-benar lelah, tetaplah bangun pagi, selesaikan semua tugas rumah, lalu beristirahatlah. Pandailah mengurus rumah agar kelak disayang mertua.” Pesan itu diucapkan ibu bahkan ketika aku masih duduk di bangku SD. Memang saat itu aku terkadang masih bermalas-malasan, apalagi umur anak SD yang inginnya selalu bermain keluar bersama teman-teman.

Namun aku berusaha patuh, dan itu menjadi kebiasaan hingga kini. Bangun pagi, menyelesaikan semua tugas rumah tangga, jika lelah kuistirahatkan tubuhku. Pada kenyataannya meski ibu mertua tidak mengistimewakanku (karena ibu mertua membagi rata semua kasih sayang kepada 11 menantunya), aku tetap merasa bahagia atas penerimaanya terhadap diriku. Hingga kusadari, kebiasaan itu lebih banyak berefek baik pada diriku sendiri karena aku bisa mengatur waktu dengan baik dan tentunya ketika aku sedang mengistirahatkan badanku, semua kewajibanku sudah tertunai dengan baik.

Pintu Abu Bakar
Aku dan Ibu

Puncak dari segala cerita tentang ibu adalah aku percaya bahwa ucapan ibu adalah sabda dan doa. Semakin percaya ketika keinginannya pergi umroh dan menunjukku sebagai teman keberangakatannya akhirnya tercapai bahkan hanya berselang satu tahun sejak ibu ucapkannya, dan ibu tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Lalu apa lagi yang bisa kulakukan selain berbakti kepadanya dan selalu berdoa agar diberi kesempatan dan rezeki untuk membahagiakannya?

#JasmineElektrik #BandIndie #Band #Musician #Music #JasmineElektrikCeritaIbu #MimpiIbu