Pulau penyengat di Kepulauan Riau menyimpan hampir semua cagar budaya di Kepulauan Riau. Pulau kecil yang berjarak sekitar 6 KM dari Kota Tanjung Pinang dengan luas sekitar 2500 meters x 750 meters. Anda bisa menempuhnya dari pelabuhan Tanjung Pinang dengan waktu tempuh sekitar 15 menit menggunakan pompong. Pompong adalah jenis perahu kayu kecil. Biayanya relatif murah sekitar Rp.20.000,- Jumlah daya tampung satu pompon sekitar 12 orang.
Jika Anda dari luar Kepulauan Riau, Anda bisa menggunakan moda pesawat terbang lalu mendarat di Kota Batam, kemudian Anda bisa melanjutkannya menggunakan Kapal Ferry dari Pelauhan Tanjung Punggur. Dengan biaya kapal sekitar Rp. 52.000,- untuk sekali jalan dengan jarak tempuh lebih dari 1 jam menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang. Setelahnya Anda bisa menuju ke pelabuhan yang memang khusus menuju Pulau Penyengat.
Sejarah Masjid Raya Sultan Riau di Pulau Penyengat
Masjid Raya Sultan Riau yang dibangun pada tahun 1761-1812. Pada awalnya hanya berupa bangunan kayu, namun kini terlihat megah dan kokoh berwarna kuning dan beberapa bagian menyempurnakannya dengan aksen warna hijau.
Pada tahun 1832, bangunan Masjid Sultan Riau dibangun dengan bangunan beton seperti yang terlihat hingga kini. Pemerintah belum sekalipun merenovasi dan mengubahnya sejak saat itu. Konon selain Beton, salah satu bahan bangunan Masjid ini adalah dari putih telur. Putih telur berfungsi sebagai perekat yang kemudian mereka campur dengan pasir dan kapur. Sehingga membuat bangunan masjid berdiri kokoh hingga sekarang.
Saat sampai di halaman depan masjid, tangga dengan aksen warna hijau akan menyambut Anda. Setelah menaiki tangga ini, Anda akan kembali terlihat balai-balai yang menyerupai rumah panggung di sebelah kanan dan kiri. Konon balai-balai ini sejarahnya mereka gunakan untuk menunggu waktu shalat dan menunggu waktu buka saat berpuasa.
Baca Juga:
- Catatan Perjalanan 5 : Malaysia -Madinah
- Catatan Perjalanan 4 : Malaysia – Madinah
- Menikmati Lezatnya Oleh-Oleh dari Jogja, Bakpia 5555 Mbak Fikki
Sejarah Mushaf Alquran
Di dalam masjid masjid dekat pintu utama masuk, terdapat mushaf Alquran tulisan tangan Abdurrahman Stambul. Beliau adalah Putra Riau asli Penyengat, di mana Sultan mengutusnya belajar ke Turki pada tahun 1867 M. Sehingga setiap pengunjung dapat melihatnya. Dan masih ada lagi satu mushaf Al quran yang tertulis tangan tetapi mereka menyimpannya sebagai arsip karena usianya yang sudah tua,
Masjid Sultan Riau Penyengat ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya Indonesia berserta beberapa situs sejarah. Cagar budaya lainnya antara lain Istana Raja Ali Marhum Kantor, Perigi Putri, Makam Raja Abduirrahman. Makam lainnya adalah Makam Ali Haji Fisabilillah, makam Raja Hamidah Engku Putri, Makam Raja Jafar dan Raja Ali. Gedung Adat dan beberapa situs peninggalan lainnya.
Untuk napak tilas peninggalan sejarah yang tersebut di atas, Anda bisa mengelilingi Pulau penyengat dengan berjalan kaki atau menyewa bentor dengan upah sekitar Rp 20.000,-. Di ujung perjalanan, di depan gedung adat lidah anda, makanan dan pemandangan akan memanjakan lidah pengunjung yang banyak terdapat di tepi pantai. Anda bisa menghilangkan perut lapar dengan menikmati hembusan angin pantai.
“Postingan ini saya ikutsertakan dalam program One Day One Post bersama Estrilook Community”
“Day14
masjid ini masih aja bikin aku penasaran ingin mengunjunginya
ayo, mbak ke sini