Pada akhir Maret 2019 yang lalu saya terkejut dengan berita tentang seorang ibu yang tega menguburkan bayinya yang berusia 6 bulan hidup-hidup. Kejadian ini terjadi di Purwakarta. Apakah alasan ibu itu begitu tega melakukan hal tersebut? Hingga kini pihak terkait masih menelusuri kondisi kejiwaan sang ibu, tetapi kesimpulan sementara ibu bayi tersebut mengalami baby blues syndrome. Lalu bagaimana keadaan bayi saat petugas temukan? Bayi tersebut masih hidup namun dalam kondisi kritis karena paru-parunya kemungkinan besar penuh dengan pasir.

Apakah Baby Blues Syndrome itu?

Apa sih Baby Blues Syndrome itu? Baby blues syndrome adalah keadaan gangguan emosional atau stress bagi seorang wanita setelah melahirkan. Perasaan sedih dan bahagia bisa datang dalam waktu yang jedanya tidak lama. Juga perasaan sedih dan khawatir yang silih berganti ibu baru saja melahirkan rasakan. Tidak melihat bahwa itu anak pertama atau pun anak kedua dan selanjutnya.

Tindakan ibu yang menguburkan bayinya di Purwakarta tersebut di atas bisa jadi mendapat hujatan dari banyak orang. Mungkin banyak yang berkomentar,”Kok tega”, “ibu jahat”. Namun sebagai orang yang bijak kita sebaiknya tidak langsung menghujat dan menghakimi kelakuan ibu tersebut karena semua pasti ada sebabnya.

Menjadi seorang dengan identitas baru, menjadi ibu, tentu saja tidak semudah seperti cerita dalam novel-novel romantis ketika suami dan lingkungan keluarga begitu mencurahkan kasih sayangnya kepada sosok ibu dan bayi.

Pada kenyataanya  setelah 9 bulan mengandung dengan susah payah, kesakitan dan kekelahan karena melahirkan tidak hilang begitu saja karena ada tugas baru, yaitu merawat dan menjaga bayi hingga  semua kebutuhannya terjamin dan dia merasa nyaman.

Seorang ibu harus beradaptasi dengan segala sifat baru si bayi. Kapan dia biasanya kelaparan, dan dalam rentang waktu berapa jam? Mengapa dia menangis, sakit ataukah popoknya basah karena mengompol? Ibu harus peka dan mencari tahu semua penyebabnya hingga si kecil kembali beristirahat dengan nyaman.

Penyebab Baby Blues Syndrome

Lalu mengapa ibu bisa menjadi stress dan mengalami syndrom baby blues? Perubahan hidup setelah memiliki bayi mungil sangat berpengaruh dalam keseharian ibu. Jika mungkin biasanya Si Ibu bisa beristirahat dengan nyenyak, tetapi ketika ingin beristirahat justru si kecil menangis dan butuh perhatian. Belum lagi pekerjaan rumah yang masih terbengkelai, hingga menjadi beban pikirannya.

Belum lagi jika si ibu sedang bermain keluar bersama tetangga, biasanya ibu-ibu tetangga akan menanyakan tumbuh kembang si bayi. Apakah sudah tumbuh giginya? Apakah sudah bisa merangkak? Apakah sudah bisa berjalan? Apakah sudah bisa berucap kata?

Hal-hal tersebut menjadi beban pikiran, terlebih jika pertumbuhan si bayi terasa berbeda dari yang lainnya. Apalagi jika hal itu terucapkan dari ibu yang juga memiliki bayi dengan wajah penuh kebanggan. Padahal setiap anak pasti berbeda pertumbuhannya.

Baca Juga :

Komunikasi, Salah Satu Cara Menjaga Keharmonisan Rumahtangga
Freechild, Antara Konsekuensi & Idealisme
Suami Tidak Bekerja, Apa yang Harus Istri Lakukan?

Selain hal di atas, si ibu mungkin merasa kurang mendapatkan perhatian atau support dari suami. Nifas yang harus ibu alami sesaat setelah melahirkan semakin menjauhkan jarak hubungan mereka. Suami merasa enggan untuk mendekati istri karena takut kebabalasan. Lalu akhirnya istri merasa suami tidak membutuhkannya. Hal itu menimbulkan rasa sedih, kecewa, marah ataupun menyesal yang berlebihan sehingga semakin memperburuk kondisi jiwa.

Seperti dalam studi yang dilakukan di Amerika Serikat mengatakan bahwa wanita bisa mengucapkan 20.000 kata perhari. Nah, dengan kondisi psikis yang merasa tertekan, merasa tidak diperlukan dan juga merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik pastinya jika ada pendengar yang loyal maka si ibu mungkin bisa mengungkapkan kata-kata lebih dari 20.000 perhari. Namun sayangnya tidak semua wanita mampu mengungkapkan apa yang di dalam pikiranya, diperparah lagi orang-orang terdekatnya tidak peka.

Hal-Hal yang Perlu dipersiapkan Calon Ibu agar Terbebas dari Baby Blues Syndrome

Kebanyakan dari kita yang menganggap bahwa pernikahan itu akhir dari segalanya dan merupakan puncak kebahagiaan, perlu mengoreksi pernyataan tersebut. Sebab sesungguhnya pernikahan adalah justru awal dari sebuah kehidupan. Karena di sana bersatu dua orang manusia yang berbeda karakter, adat kebiasaan, berbeda wawasan dan tingkat ilmu pengetahuan dan perbedaan-perbedaan lainnya.

Menjadi seorang istri dan suami berarti harus siap menjadi seorang ibu dan ayah kelak. Namun sangat disayangkan jika kebanyakan dari istri dan suami tidak mempersiapkan ilmu menjadi ibu dan ayah dengan baik. Banyak di antaranya yang menjalaninya begitu saja. Sehingga akhirnya kewalahan ketika peran baru itu benar-benar diamanahkan kepada mereka.

Untuk seorang istri (calon ibu) yang kelak waktunya akan lebih banyak dihabiskan dengan buah hatinya, alangkah lebih baik jika mempersiapkan diri lebih awal, sehingga jika peran itu diamanahkan, si ibu tidak merasa begitu terkejut dengan peran barunya.

Hal-hal yang bisa dipersiapkakan antara lain:

#1 Siapkan Mental

Tanamkan dalam diri bahwa kelak akan menjadi seorang ibu. Tentunya setiap wanita yang sudah memiliki anak  ingin menjadi ibu terbaik bagi putra-putrinya. Mempersiapkan mental berarti hati sudah ada tameng jika kelak akan menghadapi suatu kondisi tertentu, yang terkadang buruk atau tidak sesuai dengan yang diimpikan.

#2 Mencari Ilmu Sebanyak-Banyaknya tentang Dunia Anak dan Ibu

Zaman serba tekhnologi canggih sekarang ini, alangkah mudahnya setiap orang mencari berbagai informasi. Istri bisa menyempatkan diri membaca banyak hal melalui internet tentang persiapan melahirkan, tentang merawat bayi dan juga pengalaman-pengalaman lainnya yang mungkin sangat membantu wawasannya. Selain dari dunia digital, istri bisa juga membaca buku-buku fisik tentang dunia anak dan sebagainya.

#3 Bersosialisasi

Bersosialisasi dengan orang lain pastinya selain menambah saudara dan mempererat tali silaturahim, maka dengan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, istri akan mendengar pengalaman orang-orang disekitarnya tentang bagaimana dulu mereka merawat anak-anaknya. Yang perlu diingat, semua hal yang masuk jangan diterima mentah-mentah, tetap perlu diendapkan lalu di analisis, jika perlu tanyakan pada ahlinya agar kelak pengalaman dari orang lain itu tidak membuat istri salah langkah saat menangani anak-anaknya.

#4 Komunikasikan dengan Pasangan (Suami)

Ini adalah satu poin penting, karena suami adalah satu-satunya orang yang seharusnya paling tahu tentang istri. Alangkah jauh lebih baik untuk mengomunikasikan semua hal yang mengganjal di hati seperti mungkin masalah tempat akan melahirkan, bagaimana pembagian pekerjaan setelah istri melahirkan, atau hal-hal lainnya. Intinya komunikasi adalah hal yang penting yang tidak boleh di skip sedikitpun dari  alur kehidupan berkeluarga.

Peran Suami agar Pasangan Terhindar dari Baby Blues Syndrome

Sebagai kepala keluarga, peran suami amat sangat penting demi tercapainya keluarga yang bahagia dan harmonis. Meski pada kenyataanya tidak hanya melulu harta yang membuat wanita bahagia. Tetapi perhatian dan juga ungkapan kasih sayang sangat  wanita butuhkan.

Namun sayang, budaya timur (Indonesia) yang terlihat masih tabu untuk untuk saling memperlihatkan kemesraan dengan pasanganya. Atau kita mengungkapkan kata cinta kepada pasangan, atau memberikan bunga sebagai salah satu bentuk ungkapan rasa cinta. Mungkin juga memberikan kado kejutan agar pasangan merasa kita cintai dan kita hargai. Dan hal itu masih sangat jarang kita lakukan.

Baby Blues Syndrome
Pasangan Harmonis
Sumber Gambar:Unsplash.com

Dalam kasus baby blues syndrome, untuk menghindari si istri mengalami stress karena kini statusnya telah berubah menjadi seorang ibu, peran suami amat sangat besar untuk tetap menjaga kebahagiaan hatinya. Apa saja yang bisa suami lakukan?

#1 Membantu Menyelesaikan Pekerjaan Rumah

Jika mungkin selama ini istri yang mendominasi dalam melakukan semua pekerjaan rumah, alangkah lebih baiknya kini suami turut andil di dalamnya. Mencuci piring, menjemur baju, melipat kain jemuran, dan menyapu rumah adalah hal-hal kecil yang bisa kita lakukan. Usahakan untuk tidak mengeluh bahwa sebagai suami juga sudah begitu lelah karena mencari nafkah di luar rumah. Karena perlakuan kecil ini akan membuat mood bahagia istri semakin berkembang.

#2 Ungkapkan Rasa Cintamu Pada Istri

Kini istri Anda telah berganti peran menjadi Ibu. Perjuangannya mengandung selama 9 bulan, lalu melahirkan dengan penuh perjuangan, sudah sepantasnya jika para suami lebih sering mengucapkan cinta padanya. Mengungkapkan cinta tidak hanya karena ingin berhubungan dengan Istri, tetapi justru ketika keadaanya sedang tidak bisa melayani karena nifas. Kondisi jiwanya yang membutuhkan penguatan jika para suami tetap menyayangi dan membutuhkannya sangat ia perlukan. Mengecup puncak kepala, mengecup pipi atau memeluknya saat tidur adalah salah satu ungkapan yang membuat istri tetap merasa di sayang dan ia butuhkan.

#3 Bangun Komunikasi yang Lebih Intens dengan Istri

Jika di rumah, bangun komunikasi yang lebih intens dengan istri. Siapkan telinga yang lebar untuk mendengar segala cerita yang keluar dari bibirnya. Tanyakan apa yang apa yang terjadi hari ini, bagaimana kondisi si kecil, atau mungkin apa yang ia rasakan saat ini. Sehingga mungkin tidak ada lagi beban di hatinya. Namun ingat, terkadang dan lebih sering seorang wanita hanya ingin kita dengarkan, tanggapi dengan bijaksana dan romantis. Maka istrimu akan selalu berusaha menjadikanmu pendengar nomor satu.

#4 Berusaha Untuk Terlibat Mengurus Si Bayi

Banyak suami yang merasa takut untuk menggendong bayi yang terlihat rapuh. Tidak berbeda dengan istri saat pertama kali akan menggendong bayinya, mereka juga merasa takut karena tulangnya yang masih rapuh. Namun naluri keibuan dan kasih sayang yang sudah terjalin selama 9 bulan, membuat ibu terus memberanikan diri dan tetap hati-hati saat merawat bayi.

Kesimpulan Cara Mengatasi Baby Blues Syndrome

Jadi, para suami cobalah untuk mendekat kepada bayinya, mendongeng dari buku, mengajaknya bicara atau mengaji di sampingnya. Keterlibatan para suami akan sangat membuat hati para istri bahagia. atau coba sesekali membantu mengganti popok atau bedong, atau memandikannya meski istri tidak meminta. Atau sesekali menggendong, selain membuat istrimu makin cinta maka ikatan antara si bayi dengan ayahnya akan terjalin semakin kuat.

Dengan 4 kiat sederhana di atas, semoga bisa membantu pasangan suami istri baru yang akan dan sedang memiliki balita atau bayi dan semoga semakin mengurangi jumlah ibu yang mengalami baby blues syndrome di dunia. (end)