Rapid Tes Gratis di Graha Kadin Batam, Begini Ceritanya. Rapid Tes adalah salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi kepada siapapun yang melakukan perjalanan keluar daerah. Hal ini dilakukan tentu saja untuk mengurangi atau membatasi penyebaran virus covid.

Namun sebelum pemerintah mengeluarkan surat edaran terbaru yang menyatakan bahwa biaya maksimal Rapid Test adalah RP 150.000,00 sejumlah klinik dan rumah sakit memberikan beban biaya yang berbeda. Nominal biaya yang mereka bebankan kepada masyarakat untuk rapid test mandiri mulai dari Rp 250.000,00. Harga sebesar itu untuk masyarakat yang memerlukan lebih dari 1 test rapid tentu saja sangat memberatkan. Belum lagi biaya tiket perjalanan yang harganya dua kali lipat (terutama untuk darat dan laut) karena harus memanuhi protokol new normal dalam pembatasan penumpang.

Saya sendiri memerlukan 3 bukti rapid test yang akan saya gunakan untuk mengantarkan anak kembali ke pondok di Malang. Pada awalnya, kami masuk list daftar bantuan dari Walikota yang digawangi oleh tim Himsani (Himpunan Santri Indonesia). Lewat Himsani, walikota memberikan kuota bantuan untuk +_ 1000 santri. Namun ternyata belum rezekinya anak-anak. Minggu di saat jadwal test, jatah bantuan sudah habis dan kami harus membayar normal.

Bersamaan dengan keadaan itu, Dinas Kesehatan Batam mengadakan Rapid Test gratis di halaman Kantor KADIN.

Rapid Tes Gratis di Graha Kadin Batam

Rapid tes ini berlangsung hanya tiga hari dari tanggal 2 – 4 Juli 2020. Pada hari pertama, saya minta pak suami untuk menengok ke sana. Saya pikir karena gratis nggak dapat surat keterangan hasil tes rapid. Ternyata dapat.

Akhirnya pada hari ke-2, saya dan kedua anak bernagkat ke sana. Kami berangkat pukul 08.30 wib. Sampai di sana sudah sekitar pukul 09.00 wib. Tapi eh tapi, pendaftarannya sudah di tutup. Kata salah satu orang di sana, berangkatnya harus pagi-pagi jam 7. Hmmm…begitu ya, kamipun memutuskan pulang.

Esok hari kami kembali lagi pukul 07.00 wib. Sampai di sana sudah pukul 07.30 wib. Ternyata yang ngantri sudah bejibun. Tapi sayang, sepertinya pihak Dinas Kesehatan dan Kadin tidak siap dengan lonjakan peserta ini. Walhasil kami harus berdesakan agar bisa mendapatan nomor antrian. Soalnya 2 hari sebelumnya, kuota perhari hanya 200 nomor antrain saja.

Pukul 08.00 Wib pihak Kadin menertibkan kami untuk berbaris rapi karena petugas akan memberikan nomor antrian. Hal yang paling menyedihkan atau mengecewakan adalah para peserta yang baru datang menyerobot begitu saja, padahal peserta yang datang di awal sudah membuat du abaris antrian. Memang sih kuota hari terakhir ini mencapai 300 nomor. Tetapi tetap saja ada beberapa peserta yang tidak mendapatkan nomor antrian dan mereka harus gigit jari.

Pukul 09.00 Wib, pemeriksaan pun di mulai. Pada awalnya nomor antrian dipanggil sesuai nomor urut. Tapi kemudian penyelenggara mendatangkan banyak dokter. Lalu ada barisan antrian dokter pemeriksa yang baru. Antrian sesuai nomor urutpun tidak berlaku lagi. Hal ini berdampak saat pengambilan hasil tes pemeriksaan yang nomornya sangat acak.

Memang sih, pemeriksaan kali ini terbilang sangat cepat. Pukul 11.30 wib semua warga yang memiliki nomor antrian sudah di ambil sample darahnya untuk dites. Tetapi karena petugas melakukanpenulisan dokumen secara manual oleh 3 orang, maka menunggu surat keterangan memerlukan waktu berjam-jam dan tentu saja membosankan.

Hal-Hal yang Perlu Penyelenggara Kaji Ulang

Seyogyanya masyarakat memang harus berterimakasih kepada Dinkes yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti Rapid Test gratis. Hanya saja dalam pelaksanaanya di lapangan harus tetap dikaji ulang. Alih-alih kita menghentikan penyebaran corona, tetapi justru bisa jadi menimbulkan cluster baru karenanya.

Rapid Tes Gratis
Rapid Tes

Untuk itu ada beberapa hal yang harus pemerintah perhatikan agar pelaksanaan rapid tes gratis seperti ini bisa berjalan dengan baik dan terutama sesaui dengan prosedur Covid-19:

1. Pengambilan Nomor Antrian

Hari H saat saya mengikuti rapid tes gratis itu, kerumunan tanpa jarak sudah terjadi sejak awal kedatangan. Andaikan pihak Dinkes atau Kadin memanajemen ini dari awal tentu saja kerumunan tidak akan terjadi. Apalagi sesuai prosedur Corona tentang Social Distancing alias jaga jarak.

Kita pun sudah tahu karakter warga +62 yang sebagian besar belum memiliki kesadaran sendiri dan rasa ketakutan yang besar jika tidak mendapatkan bagian. Meskipun petugas sudah berulang kali untuk merenggangkan jarak sejauh 1 meter, tetapi karena takut keholangan kesempatan utnuk mendapatkan nomor antrain, para peserta pun tetep bergeming.

2. Antrian Tes Rapid

Antrian tes rapid yang awalnya menyesuaikan dengan nomor urut akhirnya bubar begitu saja ketika kedatangan bantuan tenaga medis dari DokPol. Seharusnya ini pun petugas masih tetap bisa mengurutkan sesuai dengan nomor antrian. Tinggal mengatur dari angka berapa hingga ke berapa di setiap antrian dokter.

3. Pengambilan Surat Keterangan

Petugas mengisi Surat Keterangan Rapid Tes secara manual dan memerlukan waktu pengisian yang lama tentunya juga memerlukan personel yang lebih banyak. Mungkin ke depannya mereka perlu memperhatikan kemampuan ini, hingga kecepatan dalam pengisisan tidak memakan jarak yang begitu lama.

Surat Rapid Tes
Surat Keterangan Rapid Tes

Kelebihan Rapid Tes Gratis

1.Gratis Tis

Seperti namanya tes ini gratis tis tanpa biaya yang perlu kita keluarkan. Hanya perlu kesabaran menunggu antrian hingga selesai mendapatkan surat keterangan. Dan tentu saja sah, berlaku selama 14 hari.

2. 1 Nomor Antrian untuk 1 Keluarga (KK)

Kelebihan di sesion ke tiga rapid tes gratis ini memberikan ijin 1 antrian untuk 1 KK. Jadinya saya yang waktu itu tesnya untuk 3 orang, hanya perlu 1 nomor antrian. Bahkan kalau bisa ada yang ngikut nomor antrian orang meskipun mereka bukan satu KK.

Masyarakat berharap pemerintah lebih sering mengadakan kegiatan seperti ini.karena sangat membantu mereka, meskipun harga atau biaya rapid tes telah di turunkan maskimal menjadi Rp 150.000,00.

#Mohon maaf tidak menampilkan foto asli saat kejadian karena kondisinya crowded banget.