7 Tradisi Lebaran Dalam Kenangan. Lebaran mungkin tinggal hitungan hari ya, ternyata ramadhan berlalu begitu cepat. Apalagi tadi saat saya melihat berita di televise mengenai arus mudik. Salah satu perusahaan jamu terbesar di Indonesia menyediakan puluhan bus untuk mengantarkan penumpangnya yang akan mudik ke kota-kota seperti Jogja, Solo dan sekitarnya. Terasa banget pasti ya, yang mudik. (Saya jadi pengin mudik).
Daftar Isi
7 Tradisi Lebaran dalam Kenangan
Ketika lebaran semakin dekat, saya semakin mengingat jika banyak tradisi lebaran yang tidak pernah saya lakukan lagi semenjak saya merantau jauh ke negeri seberang ini. Tradisi di kampung kelahiran yang tetap diingat itu adalah
#1 Kenduren atau Kenduri
Tradisi ini biasa dilakukan ba’da Ashar bertempat di rumah tetua kampung yang ditunjuk. Kami, masing-masing kepala keluarga membawa sebakul nasi yang berisi nasi dan lauk pauknya. Biasanya ada peyek, urap, tempe goreng/tempe mendoan, sambal goreng ati (biasanya ditambahi krecek), telur dan daging ayam. Di sana kepala keluarga berdoa bersama, lalu saling tukar lauk dengan tetangga sebelah duduknya. Seneng, saya dulu suka menunggu acara kenduri ini.
#2 Takbir Keliling dengan Membawa Obor
Takbir keliling ini biasanya mengelilingi desa, diprakarsai oleh pemuda-pemudi pengurus masjid. Kami masing-masing membawa obor dari bamboo dan berkeliling kampung sambil melafazkan takbir. Setelah selesai takbir keliling, kami melanjutkannya dengan takbir di masjid hingga subuh. Biasanya bergiliran takbirnya, agar yang sudah mengantuk bisa istirahat.
#3 Tradisi Lebaran dengan Mudik (Kakak Pulang Mudik)
Dulu menunggu kakak pulang mudik dari Jakarta adalah sesuatu hal yang kita tunggu-tunggu. Entah memang karena rasa rindu atau karena kakak memang membawa oleh-oleh seperti baju atau mukena baru. Juga cerita kakak tentang macetnya perjalanan, karena hampir semua orang mudik dari kota Jakarta ke kampung masing-masing.
Kakak saya sendiri sering menghabiskan waktu 1 malam 2 hari, terkadang 2 malam 2 hari untuk mencapai rumah. Padahal biasanya jarak Jakarta- Jogja bisa kita tempuh dalam rentang waktu antara 8-12 jam, tergantung armada busnya.
#4 Nyekar ke Makam
Kegiatan ini kami lakukan sebelum salat idul fitri. Biasanya pagi-pagi sekali, ketika matahari sudha sedikit terang, kami sekeluarga nyekar ke makam yang masih ada di dalam lingkungan kampung. Mendoakan arwah bapak dan juga kakek dan nenek.
#5 Tradisi Lebaran dengan Baju Baru
Siapa yang tidak senang saat bertemu dengan Hari Raya Idul Fitri. Nah kami biasanya semakin senang saat melakukan salat Idul Fitri mengenakan baju baru. Tradisi yang membuat wajah kami berseri, juga kebiasaan memperhatikan baju-baju baru teman saat bertemu di tempat salat ied.
Baca Juga :
– Kue-Kue Lebaran yang Selalu Dinantikan
– 7 Kota Tujuan Mudik Saat Lebaran
– Hal-hal yang Dirindukan Saat Lebaran
#6 Ujung atau Bersilaturahmi dari Rumah ke Rumah
Ini nih yang paling kami suka. Setelah salat idul fitri kami sekeluarga akan berkeliling kampung, silaturahim. Dulu waktu kecil tradisi angpau biasanya tidak setiap rumah memberi, hanya orang-orang yang tergolong kaya yang memberi. Rasanya senang sekali saat itu menerima uang Rp 100,00 (Zaman sekarang dapat apa ya, kan?) atau Rp 500,00 sebab bakso semangkok lezat dulu harganya cuman Rp 150,00. Murah banget ya kalau dbanding sekarang. Tapi ya iyalah zaman sudah beda sih.
#7 Makan Bakso Rame-Rame
Zaman dulu tahun 90-an, makan bakso adalah sesuatu yang istimewa. Jadi ketika kami sudah selesai ujung ke saudara jauh maupun dekat, kami pergi ke warung bakso langganan yang sudah terjamin rasanya lezat. Terlebih biasanya kita bosan makanan lebaran yang terus berkuah. Jadi dengan kuah panas nan segar, makan semangkuk bakso adalah pilihan yang tepat.
Begitualah tradisi lebaran di keluarga saya saat dulu masih kecil (sebelum merantau) yang hingga kini masih selalu saya kenang dan rindukan. (End)
#Bloggerperempuan
#30HariKebaikanBPN
#BPN30DayRamadhanBlogChallenge
#Day25
Tinggalkan Balasan