5 Kota Yang Pernah Saya Tinggali. Merantau karena tuntutan hidup harus saya ambil ketika lulus SMA puluhan tahun yang lalu. Berbekal ijazah SMA mencoba melamar ke Depnaker di Yogya, hingga akhirnya harus terbang ke pulau seberang menjadi kuli pabrik dengan ratusan orang lainnya.
Hingga kini 20 tahun setelah saya menetap di rantau, ada beberapa 5 kota yang pernah saya tinggali.
Daftar Isi
1. Yogyakarta
Yogyakarta adalah tanah kelahiran saya, lebih tepatnya di Kecamatan Ngemplak, Sleman Yogyakarta, sekitar 15 km dari Gunung Merapi Yogyakarta persis di sebelah aliran Kali Gendol. Saya menghabiskan waktu 17 tahun di kota ini, SD, SMP hingga SMA, lalu beberapa bulan setelahnya mencari peruntungan masuk tes perguruan tinggi negeri. Namun akhirnya takdir yang harus membawa saya pergi dari kota ini.
Tentu saja kota ini menjadi kota yang tak pernah terlupakan, kota yang semakin tumbuh pesat perkembangannya. Bahkan ketika 3 tahun lalu saat saya pulang kampong, bangunan-bangunan megah, Mall, hotel atau rumah-rumah berdiri megah di sepanjang jalan utama, dan macetnya membuat sakit kepala.
2. Batam, Kepuluan Riau
Kota Batam adalah pulau kecil yang berada di pulau Sumatera. Posisinya lebih dekat dengan Negara Singapura. Hanya perlu 1 jam berlayar menggunakan kapal ferry menuju Singapura. Batam merupakan kota industri yang sangat pesat perkembangannya. Akhir tahun 1997, saat saya menginjakkan kaki di kota ini, sebagian besar lahan di pulau Batam adalah hutan-hutan yang masih lebat, belum ada angkutan pribadi, yang ada hanyalah angkutan umum, bus damri yang memenuhi jalanan.
10 tahun kemudian kota ini mulai tumbuh, Mall-mall dan perumahan tumbuh bak jamur menggantikan hutan-hutan lebat yang telah diratakan dengan tanah. Lalu lintas semakin padat, mobil pribadi semakin banyak memenuhi jalanan.
Namun, di kota inilah saya mengais rezeki termasuk Allah memberikan rezeki jodoh kepada saya. Alhamdulillah.
Baca Juga :
- Yuk Jalan-Jalan ke Pantai Elyora Batam
- Pantai Trikora : Mari Merayakan Cinta
- Liburan Asyik Bersama Keluarga di SBS Resort Batam
3. Pekanbaru
Tahun 2004, saya diboyong suami yang kebetulan mendapat mutasi kerja dari Batam ke kantor cabang Pekanbaru. Kota ini meninggalkan kenangan buruk bagi saya. Beberapa bulan setelah saya tinggal di sini, daerah rumah kontrakan saya terkena banjir. Buku-buku berenang dengan bebas di dalamnya. Saya hanya bisa terpaku menatap buku-buku itu. Beruntung ibu baik hati, dengan sigap dia memunguti buku-buku saya tersebut. Beneran saya shock mendapat banjir pertamakalinya seumur hidup. Lalu tragedi asap tahunan yang membuat nafas sesak harus saya rasakan. Larangan untuk tidak berlama-lama keluar rumah saat asap melanda harus saya taati. Jika musim kemarau, listrik akan padam secara bergiliran, kadang cuma 2 jam perhari tapi bahkan pernah setiap empat jam sekali. Air juga sangat minim jika musim ini, apalagi di tambah daerah rawa, air sumur yang ada serasa tidak bersih dan terasa lengket.
Hanya ada satu yang membuat hati saya terhibur, Perpustakaan Soeman HS. Perpustakaan ini tetap buka di hari sabtu dan minggu. Suasanya yang cozy banget dengan koleksi buku yang lengkap membuat saya betah berlama-lama dan pasti menghabiskan akhir minggu untuk meminjam buku.
4. Serang
Serang adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Banten. Ibukotanya ada di Ciruas (wikipedia).
Tahun 2010, saya hamil anak ke-3 dan waktu itu suami akan mutasi ke Batam setelah 6 tahun kami tinggal di Pekanbaru. Melihat kondisi Pekanbaru yang tidak begitu baik untuk bayi-bayi yang baru lahir, saya memutuskan untuk melahirkan di Jawa, namun saya mampir ke Serang, tempat kakak saya tinggal. 2 bulan saya menghabiskan waktu di sana, hingga kehamilan bulan 5, ibu menjemput saya untuk pulang ke Yogya.
Serang tidak begitu berbeda suasananya dengan Yogyakarta. Meski rutinitas keseharian dan profesi para penghuni komplek tidak jauh beda dengan Batam, menjadi buruh pabrik.
Di dekat perumahan tempat kakak saya tinggal, Ciruas, sawah-sawah masih terbentang luas. Anak saya yang sulung sering bermain dengan anak-anak tetangga di sawah yang kosong. Tiap sore menunggu kereta yang akan membawa keliling komplek perumahan. Waktu itu hanya membayar sekitar 3000-an sekali putar dan waktu sekali putar itu memakan waktu yang cukup lama sekitar setengah jam lebih.
5. Tanjung Pinang
Kota Tanjung Pinang adalah ibukota Kepulauan Riau. Tanjung Pinang tidak jauh dari Batam, hanya perlu menghabiskan waktu 1 jam 15 menit berlayar dengan kapal Fery dengan harga karcis tidak lebih dari RP. 60.000,-
Liburan lebaran saya selalu menghabiskan waktu di Tanjung Pinang. Di Tanjung pinang memiliki banyak sekali wisata-wisata yang menarik, antara lain Gedung Gonggong, Pantai Trikora, Vihara seribu Wajah atau Vihara Ksitigarbha Bodhisatta, Pulau penyengat, Masjid Raya Sultan Riau, Masjid Raya Dompak, Tugu Pensil.
Nah, itu 5 kota yang pernah saya tinggali, dan saat ini saya masih tinggal di Batam. Apakah Anda pernah tinggal di salah satu kota yang pernah saya tinggali di atas? Jika iya, bagi pengalamannya di kolom komentar ya. (end)
#Day5
#BPN30dayblogchallenge
#BloggerPerempuan
Waaah seru juga di 5 kota ini ya mbak. Saya baru sekali ke Yogya itupun membuat saya takjub…dan setiap kota pasti punya ciri khas tersendiri ya. Salam kenal.
iya, mbak
semua punya kenangan tersendiri
terimakasih sudah mampir, Mbak
Salam kenal juga
wah mbak nya pasti udah terbiasa pindah pindah ya 😀 kalau pas di batam tiap weekend ke Spore donk mbak? mantap dekat kan biasanya yang di Batam weekend an ke Spore ?
nggak juga, mbak. KLo nggak ada perlu, nggak ke sana.